Bismillah Ar Rahman Ar Rahim.
"Demi Masa. Sesungguhnya manusia kerugian."
(QS 103:1-2)
Sejenak tadi melihat kembali sebuah situs jejaring sosial yang mungkin sudah terlupakan oleh sebagian orang, mpadahal mungkin dulu situs itulah yang 'menyeret' kita ke ajang pertemanan dunia maya dalam jejaring sosial. Ketika membaca posting ataupun komentar, seakan saya kembali terlempar ke masa-masa silam. Satu per satu komentar saya baca kembali, foto-foto yang ada saya perhatikan, menyadarkan saya pada sebuah kenyataan. Bahwa saya telah jauh meninggalkan masa-masa yang ada di sana, sekitar 2-3 tahun silam, dan saya tidak akan pernah kembali ke masa itu.
Seringlah kita terlupa akan berharganya waktu, kata orang memang sudah tipikal orang Indonesia. Hobinya ngaret. Sehingga saya pernah berkata, "Kalau di Jepang ada tokoh fiktif yang menceritakan tentang Manusia Karet, maka di Indonesia ini seringlah kita temukan Manusia Ngaret."
Sungguh ironi ketika kita diajarkan oleh Allah tentang kedisiplinan melalui salat 5 waktu setiap hari, tetapi setiap hari dan setiap kali itu pula kita melanggarnya. Kita dibuat lupa akan berharganya waktu, mungkin karena kita tidak pernah membayar uang kepada Allah atas waktu yang telah kita pakai. Coba kita bayangkan, tatkala kita ingin menaiki kereta ataupun kendaraan umum yang bersifat ontime pastilah kita tidak akan menyia-nyiakan waktu apalagi kita sudah diambang batas. Kebayang betapa menyesalnya kita tatkala kita tertinggal oleh kendaraan yang akan kita naiki hanya karena sebuah keterlambatan yang mungkin hanya beberapa detik saja.
Cobalah sejenak kita membayangkan tentang berharganya waktu. Kalau kita seorang pelajar, tatkala ujian pastilah kita mengoptimalkan waktu yang ada untuk menjawab semaksimal mungkin soal yang ada. Bahkan sampai melakukan segala cara agar dapat hasil yang baik di mata manusia. Atau mungkin ketika kita bertanding futsal misalnya. Kita juga pasti berusaha mati-matian untuk menjebol gawang lawan apalagi posisi kita mengharuskan kita untuk menang.
Sekitar setahun lalu saya pernah dapat SMS yang mengingatkan tentang berharganya waktu. "Jika ingin mengetahui arti satu tahun, tanyakan pada pelajar yang tinggal kelas. Jika ingin tahu arti satu jam, tanyakan pada seseorang yang menunggu kekasih yang amat dicintainya datang. Jika ingin tahu arti satu menit, tanyakan pada seorang penumpang yang ketinggalan pesawat. Jika ingin tahu arti satu detik, tanyakan pada seseorang yang baru saja lolos dari kecelakaan beruntun, dan jika ingin tahu arti dari mili detik tanyakanlah kepada atlet pelari yang baru saja menjuarai Olimpiade."
Sebuah pesan singkat yang benar-benar mengandung pesan mendalam. Mengajarkan tentang berharganya waktu. Karena sungguh nilai satu detik bahkan satu milidetik yang sudah berlalu itu teramat sangat mahal. Bahkan saking mahalnya kita tidak mungkin untuk membelinya.Waktu tidak pernah berhenti untuk berlari, sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk berhenti memperbaiki diri. Karena menurut garis waktu golongan manusia hanya ada tiga golongan :
- Golongan orang yang beruntung, yang di mana mereka mampu menjadikan diri mereka lebih baik di setiap saatnya. Singkatnya hari ini lebih baik dari kemarin dan esok labih baik dari hari ini.
- Golongan yang merugi, yang di mana mereka hanya dapat menjadikan diri mereka selalu sama. Tanpa perkembangan yang pasti. Tanpa ada perbaikan diri yang jelas dikerjakan tiap waktunya.
- Golongan yang celaka, yang di mana mereka menjadi lebih buruk di tiap saatnya. Hari ini lebih buruk dari kemarin dan esok lebih buruk dari hari ini.
Belajarlah untuk selalu menghargai waktu, karena waktu itu memang berharga. Tatkala kita mencoba untuk menghargai waktu, tidak menyia-nyiakan waktu, maka kelak Sang Pemilik Waktu tidak akan menyia-nyiakan kita.
Muhammad Ridho Fazri
10 Desember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar