Pernah mendengar tentang seorang tukang becak yang -menurut saya- sangat luar biasa. Tukang becak itu mempunyai tekad kuat dan punya kebiasaan unik. Meng-gratis-kan penumpang becaknya pada setiap hari Jumat. Iya, di-GRATIS-kan! Tanpa memungut bayaran dan tanpa bersungut karena keluhan. Ketika ada seorang ibu-ibu yang menanyakan alasannya. dia hanya menjawab "Bu, inilah salah satu cara saya untuk berinfaq".
Apa yang bisa kita peroleh dari penggalan kisah tersebut? Satu hal yang paling ingin saya tekankan kali ini adalah 'Semangat Berbagi'.
Kita berpindah sejenak ke sebuah kota di Jawa Barat. Kali ini tentang seorang tua yang berprofesi sebagai pedagang warung kecil-kecilan. Meski profesinya kerap dinilai tak seberapa, tapi ia punya cita-cita luar biasa semenjak 20 tahun sebelumnya. Pergi ke Masjidil Haram dalam rangka tunaikan ibadah haji berdua dengan istri tercinta adalah cita-cita besarnya hingga usia hampir senja.
Meski penghasilannya tidak begitu besar, namun demi cita-cita itu ia terus menabung hingga setelah 20 tahun tabungannya mencapai angka Rp 50.830.000, nyaris mencukupi untuk ongkos mereka berdua yang pada saat itu sekitar 27juta rupiah seorang. Namun suatu saat rekannya menderita sakit yang disebabkan tumor ganas. Ketika dikatakan bahwa biaya pengobatannya mencapai angka 50 juta langsung ia -setelah membujuk istrinya- MEMBERIKAN seluruh tabungannya agar keluarga sahabatnya itu bisa melunasi biaya pengobatan. Hingga akhirnya sang sahabat sembuh dan Allah tetap mengangkatnya berhaji beserta istrinya setelah perbuatannya menggerakkan hati seorang dokter di rumah sakit tempat sahabatnya dirawat. (Lengkapnya bisa dibaca di tulisan Belajar Tulus Dari Sepasang As)
Dua hal yang sangat luar biasa. Memiliki dan melakukan langkah kongkret dengan semangat berbagi. Berbagi kebaikan dengan kebaikan yang mereka punya. Berbagi kebermanfaatan dengan segala yang Allah titipkan pada mereka. Berbagi hikmah kepada siapa saja yang mendengar, melihat, atau membaca kisahnya.
Manusia itu memberikan apa yang ia punya, tatkala ia mempunyai kebaikan maka pastilah dia kan memberikan sesuatu yang baik. Berbagi adalah salah satu langkah aksi nyata dari peduli. Dengan berbagi kita tidak akan pernah merugi. Dengan berbagi kita bisa mendapatkan keberkahan tersendiri. Dengan berbagi kita belajar menemukan hikmahNya yang tersembunyi.
Tentu berbagi kebaikan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh komitmen dan keikhlasan agar berbagi tidak menjadi beban di hati. Namun juga bukan berarti kita berbagi tanpa perhitungan.
Ingat bagaimana Rasulullah membolehkan Abu Bakar memberikan seluruh hartanya sementara beliau melarang sahabat yang lain tuk melakukan yang sama? Apa maksudnya? Karena beliau tahu bahwa Abu Bakar dan keluarganya sudah siap dan bisa mendapatkan (atas izin Allah) rizki kembali dengan waktu yang relatif singkat. Abu Bakar bukan bergerak tanpa perhitungan, tapi ia percaya bahwa Allah tak kan menyia-nyiakan amalannya dan dia sudah mempersiapkan sebelum ia melakukan.
Keajaiban itu ada dan nyata, namun baik kiranya kita tidak memasukkan keajaiban dalam faktor perhitungan kita. Namun kita wajib percaya bahwa Allah tak pernah salah dalam apa pun jua, dan kita wajib menjadikan Dia sebagai landasan utama dan pertama juga satu-satunya dalam setiap aktivitas amalan kita. Sehingga bila keajaiban itu terjadi, kita tak sombong diri dan kita kan lebih merasakan hangat serta kenikmatan dari kejaiban itu sendiri.
Selamat berlomba kebaikan di bulan pengorbanan. Mari bersama kita berbagi senyuman ke setiap insan, juga berbagi kebaikan dan kebermanfaatan ke seluruh alam. Demi tercapainya peradaban madani yang seimbang iman, ilmu, dan amal serta menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Mari peduli, mari berbagi. We share because we care. :)
Tante suka sekali N3 ni. "Berbagi kebaikan dengan kebaikan yang mereka punya. Berbagi kebermanfaatan dengan segala yang Allah titipkan pada mereka. Berbagi hikmah kepada siapa saja yang mendengar, melihat, atau membaca kisahnya." Menjadikan tante berfikir dan mencari2 apa yg telah Ate 'berbagi' :(.
BalasHapus