Selasa, 28 Desember 2010

Sering Kita Tak Memahami Sederhananya Keinginan Ibunda (Muhasabah Series)

Bismillah Ar Rahman Ar Rahim

Sejenak berpikir dan merenungkan betapa sederhananya maksud dibalik tiap permintaan ibu kita. Mungkin sering kawan kita berdebat dengan ibu tentang masalah sepele. Entah masalah pakaian, uang jajan, sekolahan, pertemanan, sampai mungkin makanan dan juga pergaulan. Mungkin sering pula kita berkata, "Bu, itu mah udah kuno.." "Bu, itu mah pas jamannya ibu kali.." "Ah ibu ini ga mau ngertiin aku banget!!" Atau kalimat lain dan sebagainya.

Padahal kawan, pernahkan terlintas dipikiran kita maksud keinginan dari seorang ibu? Tidak pernah terpikir atau tidak pernah tahu, atau tidak mau tahu? 

Lupakah kita dengan jasa seorang ibu? Atau kita berpikir dengan materi yang kita berikan, nilai baik yang kita hasilkan, dan segala yang kita kasih kepada ibu sudah cukup untuk memabalas semua perhatian dan pengorbanannya? Tidak kawan! Sama sekali tidak pernah sebanding barang sedikit pun!

Kawan, marilah sejenak kita mengenang masa lalu. Melihat kembali memori yang pernah terimpan rapi dalam akal maupun hati. Membayangkan satu wajah penuh cinta penuh kasih tanpa mengharap pamrih. Wajah ibu kita.

Barangkali kawan ada baiknya agar kita lebih SADAR untuk sedikit mengetahui betapa sederhananya keinginan ibu kita.

  1. Ingin menunjukkan cintanya untuk kita. Seringlah mungkin kawan, tatkala kita pergi ke suatu tempat. Entah itu ke sekolah, kampus, atau kemanapun tempat yang cukup jauh dari ibu kita. Sang ibu selalu menawarkan -dengan sedikit 'paksaan'- untuk turut mengantar barang cuma sebentar. Namun kawan, dengan enteng dan tanpa merasa bersalah kita langsung menolaknya dan mencari alasan biar ibu tidak mengantar. Entah karena gengsi -merasa sudah besar- atau karena memang tidak mau merepotkan ibu kita. Namun yang jelas kita telah gagal memahami keinginan sederhana ibu kita. Sebab selaku orang tua mereka pasti ingin selalu mencurahkan kasih sayangnya kepada kita dengan cara-cara yang bisa dilakukannya, memberikan cintanya dalam waktu sekejap sebelum berpisah dengan anak yang dicintainya. Mungkin mereka terpikir, "Andai ini pertemuan terakhirku, maka izinkan aku menatapnya lebih lama." atau "Anakku sedang dalam urusan yang penting, biarlah aku mengantar dan mengiringi kepergiannya dengan doa." Sederhana kawan, hanya ingin memberi cinta. Bukan menggoreskan luka.
  2. Ingin membuat kita senang. Ingatkah kawan, dengan pertanyaan yang kerap dilontarkan ibu kita. "Hari ini mau makan apa?" "Ibu masak makanan kesukaanmu loh." dan perkataan lain yang terkait dengan kesukaan kita di silam atau sekarang. Sehingga sering pula ketika kita pergi, sang ibu memberikan kita bekal makanan dan cemilan kegemaran kita. Meski sering kita mencari-cari alasan untuk menolaknya karena merasa berat dan gengsi membawanya. Kita lebih sering bangga makan dengan jajanan dibanding dengan masakan penuh cinta dari ibu kita, sering malu kala kita membawa bekal karena takut dianggap anak kecil, sering jengah terhadap ibu yang kerap 'merepotkan' diri dalam hal -yang menurut kita- tidak perlu. Namun kawan, tujuan itu hanya satu dan amat sederhana. Hanya ingin menyenangkan kita, dan sering tanpa kita sadari kita menggoreskan luka dengan menolaknya.
  3. Ingin melepas rindu atau rasa sepi.  Mungkin bagi yang anak rantauan, baik masa kuliah, kerja, atau sekolahan. Kita harus meninggalkan ibu kita dalam waktu yang cukup lama. Berpisah dengan ibu kita untuk beberapa waktu. Namun seringkali kita tak tahu, perpisahan yang mungkin bagi kita adalah hal yang "biasa" itu tentu meninggalkan kerinduan yang amat mendalam dari ibu, apalagi bila usianya telah cukup lanjut usia. Maka seringkali ibu meminta kita kerap menghubunginya, atau malah sang ibu lah yang sering menghubungi kita. Sekedar mengobati rindu, namun seringlah kita malah merasa terganggu. Kita lebih senang tatkala ada telepon dari "dia" yang belum tentu halal untuk kita, kita lebih suka memikirkan "anak orang" dibanding ibu kita, kita merasa malas untuk menanyakan kabar seorang ibu yang nun jauh di sana. Seakan tidak peduli betapa rindunya ibu pada kita, seakan tidak peduli betapa sering kita menggoreskan luka di hatinya.
  4. Ingin membalas kebaikan orang lain pada kita. Seringkah kawan tatkala kita pulang, ibu menanyakan tidak hanya kabar kita tapi juga kabar teman dekat, orang yang pernah menolong, pemilik kostan, dan yang lainnya. Dan mungkin sering pula ya kawan, tatkala kita kembali ke aktivitas rutin setelah liburan, sang ibu menitipkan "oleh-oleh" untuk mereka yang pernah berbuat baik pada kita. Sering pula kawan kita memberikan alasan, merasa malu sungkan ataupun segan, karena melihat apa uang ibu kita bawakan itu tidak seberapa nilainya. Mungkin hanya beberapa iris daging, beberapa potong kue, beberapa potong kain atau baju, yang kita anggap sebagai hal yang "memalukan" kita. Sadarilah kawan, mungkin memang itulah kemampuan ibu kita,atau itu yang dianggapnya menarik meski bertentangan dengan pemikiran kita. Sang ibu ingin berterima kasih tidak hanya dengan kata. Sebuah keinginan sederhana yang kerap kembali kita goreskan luka.
  5. Ingin mendapatkan perhatian. Tatkala ibu kita mulai memasuki usia senja, tiada hal yang lebih didambakan selain "sedikit" curahan perhatian dari kita untuknya. Keinginan itu seringkali muncul akibat rasa sepi yang kerap menghantui. Akibat sering jauh dari anak-anaknya yang amat dia cintai. Atau mungkin karena menurunnya fisik sehingga mulai terasa sulit untuk mengurus diri tanpa kita ketahui. Sang ibu pun sering harus memendam keinginan untuk diperhatikan karena cintanya pada kita, dia takut keinginannya malah mengganggu sang anak, malah merepotkan, malah membuat anaknya keteteran. Padahal hatinya sangat ingin, fisiknya pun sudah sering tak mendukung. Namun, itulah hebatnya ibu kita yang luas cintanya dan besar kasihnya. Sehingga seharusnya kita lah tanpa diminta yang memperhatikan sang ibu. Memberikan waktu khusus untuk ibu. Mencurahkan perhatian dengan tulus kepada ibu. Agar keinginan sederhananya tak lagi berbuah luka.

Itulah kawan sedikit keinginan ibu kita yang sederhana yang sering tak bisa kita pahami. Memang ironis, tingginya jenjang pendidikan kita ternyata sering tidak bisa memahami sederhananya keinginan ibu kita, malah menghasilkan luka yang banyak jumlahnya. Semoga kita dapat membahagiakannya dengan memahami dan memenuhi keinginan ibu kita yang sederhana. Karena hakikatnya apapun yang kita berikan, tidak akan pernah sepadan dengan kasih sayang dan pengorbanan yang telah dia curahkan untuk kita.


Teruntuk Ibuku tercinta, sebelum terpisah oleh waktu. Semoga aku dapat membahagiakanmu.


sumber: TARBAWI Ed. 242 dengan segala pengubahan seperlunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar