Selasa, 04 Januari 2011

Kita Kalah Karena Belum Siap Menang (Review AFF Cup 2010)

"Son son, gagal maning gagal maning." -kata-kata di sebuah serial TV bertahun silam.

Dua ribu sepuluh usai sudah, dan harapan kita untuk mengakhiri puasa gelar kembali musnah. Lagi-lagi sepakbola kita dihadapkan pada kata 'NYARIS'. Mengikuti jejak penjajahnya yang tiga kali kandas di final ajang yang sama (Piala Dunia), kita bahkan empat kali kandas di ajang 'hanya' tingkat Asia Tenggara.

Miris memang, di saat negeri ini begitu merindukan adanya prestasi membanggakan kita malah dihadapkan dengan adanya kekalahan yang boleh jadi diakibatkan oleh ketidaksiapan beberapa elemen negeri ini untuk menang. Lihat saja betapa euforia berlebihan di tingkat masyarakat sampai pejabat, pemberitaan berlebihan oleh media, acara-acara timnas yang sama sekali tidak berhubungan dengan sepakbola, sampai kisruhnya untuk menonton langsung di stadion utama Gelora Bung Karno..

Mencoba melihat kembali ajang AFF Suzuki Cup 2010 yang begitu membius negeri ini. Setelah kita berhasil menang mutlak di penyisihan grup dan mengalahkan tim 'Inggris Amatir' atau Filiphina, muncul harapan yang sangat besar bahwa kita bisa 'buka puasa' setelah 19 tahun lamanya. Namun apa daya, selalu menang di kandang, bahkan mengalahkan 2 kali negara juara, Malaysia, masih belum cukup sebagai tumbal ongkos kemenangan. Kembali Tuhan menguji kita dengan kesabaran dan ingin melihat keetosan kerja kita untuk menggapai kemenangan di lain waktu. Hanya bisa tersenyum melihat perayaan juara negara lawan di kandang kita.

Banyak yang bilang kalau kita kalah terhormat, mereka menang curang, kita kalah bersih atau apapunlah itu yang sedang ramai, intinya satu : Kita Kalah, dan harus berjiwa ksatria, berlapang dada dalam menerima hasil akhir tersebut. Tuhan itu memberi segala sesuatu tatkala kita siap menerimanya, jikalau kita masih belum menang berarti kita masih BELUM SIAP MENANG. 


Mengapa saya berkata seperti itu? Bukannya saya tidak mencintai negeri ini, tetapi itu fakta yang terjadi. 

  1. Pejabat pada numpang tenar. Pemilu 2014 bolehlah masih lama, tetapi manuver politik melalui timnas kita, yang telah MERUGIKAN bangsa begitu banyak dan seakan lumrah terjadi. Belum menang saja sudah menjanjikan bonus bermacam-macam, kemudian mengundang makan dan pergi kesana kemari. Saya pribadi sedikit bersyukur kita kalah, karena kalau menang khawatir nanti para pejabat dan politikus itu MENGKLAIM kemenangan Indonesia berkat mereka. Padahal para pahlawan kita adalah pemain timnas, bukan mereka.
  2. Media yang LEBAY. Sebuah stasiun TV, (karena tak boleh menyebut merek yasudah saya menulisnya di sini dengan nama TV Oon) begitu getol mengganggu kegiatan pemain timnas dengan wawancara dan agenda lainnya. Seakan lupa kalau pemain timnas itu juga manusia yang butuh istirahat. Stasiun TV lain pun juga demikian, bahkan sampai menge-shoot pemain kita pas lagi tidur di pesawat. Emangnya anak ya kalo lagi tidur diliatin? Risih lah!
  3. Kacaunya tiket kita. Ini yang cukup membuat heboh. Udah harganya MAHAL, ngantri LAMA, BEREBUTAN, RUSUH ga karuan, dan malah jadi ajang PERTARUNGAN. PSSI pun malah ga mau disalahkan, malah menyalahkan para supporter yang katanya ga tertib. 
  4. Tidak profesionalnya PSSI kita. Ini yang boleh dibilang sebagai 'kambing hitam' atas kekalahan kita kali ini. Rezim PSSI yang sudah lama tidak menghasilkan prestasi dan tidak tahu diri. Masih ingat ketika Indonesia hanya bisa menang 3-0 lawan Maladewa? Betapa Pak Nurdin Halid mencerca pelatih kita karena kita hanya menang 3-0. Atau hal yang baru? Ketika kini ada pertarungan antara PSSI dengan LPI. Dimana PSSI menganggap LPI itu ilegal dan akan memblacklist pemain serta perangkatnya. Sebuah peraturan yang menurut saya aneh tapi apa dikata inilah PSSI yang dipimpin oleh Mantan NAPI.
  5. Supporter yang terlalu memuja. Segala yang berlebihan itu ga baik, begitu pun sebaliknya. Jalanilah apapun dengan secukupnya. Begitu pun dalam mencinta dan memuja. Betapa kecintaan berlebihan kita pada timnas Indonesia kembali hanya membuahkan kecewa. Betapa kecintaan berlebihan kita mungkin telah membuat 'Sang Pencipta' murka sehingga menunda kemenangan untuk kita. 

Sebenarnya masih banyak hal yang harus dibenahi dalam sepakbola kita, mengingat usia PSSI yang sudah tua (lahir 1930) tetapi kini seret prestasi. Negeri ini yang notabenenya mayoritas pecinta sepakbola sungguh merindukan prestasi membanggakan. Sebagai obat duka atas korupsi yang tiada henti dan bencana silih berganti. Semoga di tahun baru ini Indonesia mampu menggapai mimpi.

Teriakkan dalam-dalam, jadikan ini sebagai pelecut semangat, katakan, "INDONESIA BERPRESTASI BUKANLAH MIMPI!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar