Sabtu, 08 Desember 2012

Berkaca dari Mesir

Mungkin masih lekat dalam ingatan kita saat beberapa kader-kader di sebuah partai dakwah di negeri ini keluar dari barisan, tentunya dengan berbagai sebab dan alasan. Mulai dari tindakan indisipliner, perilaku yg tidak pantas, hingga pada keinginan politik yang tidak terakomodasi.

Sayangnya, rata-rata mereka dan beliau-beliau ini kebanyakan tidak legowo dan mengambil jalan berseberangan. Tentu saja tidak semua seperti itu. Ada juga yg memang menerima keputusan dari organisasi dan menerima serta menjalankan iqob dengan legowo. Sebenarnya soal 'pecat-memecat' dalam sebuah organisasi itu adalah hal yang biasa. Bahkan organisasi harokah muslim terbesar yg berada di Mesir pun melakukan hal tersebut jika memang ada anggota (bahkan petinggi sekalipun) yang terindikasi melakukan pelanggaran dan tidak mentaati kebijakan partai bahkan menentangnya. Contoh teranyar adalah ketika salah seorang anggota Harokah Dakwah tersebut mengajukan diri menjadi calon presiden tapi hasil syuro bertentangan dengan ambisinya, maka iapun memisahkan diri dari jama'ah.

Itu hal yang biasa, yang tak biasa adalah ketika 'sakit hati' itu dilampiaskan dengan fitnah-fitnah tak berdasar kepada orang-orang yang dulu pernah menjadi 'saudara' dan juga kepada organisasi yang dulu pernah ikut membesarkannya.

Sedikit beda memang kondisinya tapi memiliki korelasi yang sama yang berujung pada 'sakit hati'. Sakit yang dulu dibuatnya sendiri dan kini dijadikan sebagai sebuah 'dasar' untuk membangun sebuah gerakan yang sama.

Bayangkan, jika pemimpinnya saja membangun sebuah pergerakan yang dibangun dgn lantaran 'sakit hati' bisa dimaklumi apa dan bagaimana para pengikutnya kelak.

Ikhwah fillah, tulisan ini memang tak akan mudah dicerna begitu saja apalagi jika kita adalah bagian dari orang-orang yang 'sakit hati' tersebut. Tanpa bermaksud membuka luka lama, tapi ada baiknya kita juga sedikit bercermin ke masa lalu dan masa kini khususnya apa yang sedang terjadi antar sesama ikhwah di Mesir.

Ternyata bukan hanya terjadi disini tapi bahkan disana sudah dalam kondisi mengkhawatirkan dimana seorang 'mantan' ikhwah dalam aksi demo menentang dekrit presiden tak ragu-ragu lagi menghasut grass root dibawahnya untuk 'mengadu nyawa' dengan tak hanya sesama kader, tapi juga sesama muslim. Demikian ironisnya ketika ujian dunia berupa ambisi politik yang gagal telah mengubah seekor domba menjadi serigala yang kejam dan bengis. Atau seekor anak ayam yang lugu menjadi musang yang licik dan penuh tipu daya serta 'rela' menjual fatwa dan kesaksian kepada pers atas nama keadilan? Padahal semua itu hanya demi terbayarnya sakit hati. Akankah itu kita biarkan terjadi disini?

Mengutip ucapan seorang teman: "Harokah ini mungkin belum tentu yang paling benar. Tapi ini yang terbaik yang pernah saya dapatkan"

Dari post di akun FB 'Abuhafizh'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar