Selasa, 16 Agustus 2011

Antara Optimis, Tekad, atau Nekat? (part 2-selesai)

Dilanjut yaa, dikit lagi abis kok. Woles brothers and sisters hehe.

Buat yang belum baca cerita sebelumnya, silakan klik link di sini. ^_^


Sepanjang perjalanan, gw sama Darul melawan arus. Maksudnya orang-orang pada mau pulang, gw malah baru mau datang. Yah rame sama orang kantoran. Di kiri kanan kulihat saja banyak jajanan. Perut lapar dan haus makin ga tertahankan. Langsung kami percepat kaki ini berjalan.

Sampai akhirnya tibalah kami di depan gedung Pacific Place. Bertanya pada penjaga dan mbah Google terkait lokasi dan tempat makan nanti (takutnya ada gedung Pacific Place lagi di Jakarta), dan akhirnya kami masuk. Hm, memang beda dan terkesan "kelas tinggi". Sengaja gw ga naik elevator/lift. BUKAN karena gw norak, tapi emang pengen "cuci mata" aja. Melihat apa saja yang ada di dalam sana.

Akhirnya lantai 5! Celingak-celinguk kayak dua bocah ilang. Keliling, jalan perlahan, kok ga nemu ya Urban Kitchen? Mulai was-was, khawatir salah tempat. Setelah berjalan sekian lama, mata ini mengeja di suatu tempat "URBAN KITCHEN". Yes, nampaknya kali ini gw ga salah tempat. Langsunglah kami masuk ke tempat tersebut. Kemudian mbak penjaga menyapa kami, "Selamat sore, silakan masuk" sembari memberikan kartu berukuran agak lumayan besar berwarna hijau. Takut salah, gw kembali nanya.

"Mbak, kalo yang acara dari detikfood detikcom di sebelah mana ya?"
"Acara yang mana mas?"
(Oke, firasat gw ga enak.)
"Itu mbak yang buka puasa bareng."
"Sebentar saya tanya dulu."

Kemudian...

"Oh yang acaranya Pak Bondan?"
"Ah iya mbak."
"Di sebelah sana, sebentar kartunya diganti dulu."

Kartu gw pun berganti dari hijau menjadi abu-abu. Kemudian di tempat yang ditunjuk, nampak Pak Bondan, pak Troy (perwakilan Urban Kitchen), dan beberapa peserta lain sedang bercakap. Setelah memberi salam dan menyapa, gw dan Darul mengambil posisi duduk.

Kemudian dijelaskan tentang mekanisme pembelian dan pemesanan di sana. Jadi Urban Kitchen itu sejenis food court. Hanya saja harga dan tampilannya memang ber'kelas-tinggi'. Kartu yang didapat di awal, itu sebagai alat pembayaran di masing-masing stand nanti. Kalau kartu hijau, jumlah bayaran akan diakumulasikan dan dibayar di akhir ketika keluar tempat makan. Karena kami kartu abu-abu, jadi di dalam kartu itu sudah ada saldo sebesar (kalo ga salah) Rp 100.000 yang untuk kami pergunakan saat belanja makanan berbuka nanti. Gw mikir, 'di sini gw ngabisin uang cepek sekali makan. Kalo di Bandung mah bisa buat berapa hari, sambil nraktir temen juga bisa.' Yah, karena aturannya seperti itu ya sudah kami langsung berkeliling berbelanja.

Keliling satu kali, kami belum tentukan pilihan. Harganya cukup bikin kami tercengang. Antara kisaran 40.000-60.000 untuk 1 porsi makan normal. Minumannya pun kisaran 15.000 ke atas. Setelah mikir, dan daripada keburu Maghrib, kami memesan. Gw pesen 'Bebek Panggang' yang dagingnya cuma seperempat bebek utuh (kayak di warung pecel kaki lima) seharga Rp 56.000 ditambah nasi seharga Rp 8.000. Darul memesan 'Iga Bakar Kecap' seharga Rp 45.000 sudah plus nasi. Untuk minuman, pilihan gw adalah 'Es Campur Medan'. Darul milih 'Sop Buah'. Harga keduanya sama-sama Rp 18.500. Kemudian setelah transaksi, kami menunggu di meja makan bersama pak Bondan dan yang lain.



Tak berapa lama, pesanan kami tiba. Alhamdulillah kami tak salah pilih. Porsinya sangat sesuai dengan perut mahasiswa kami (alias porsi rada jumbo). Para peserta lain cukup heran melihat porsi kami yang 'berbeda', tapi yaah namanya juga mahasiswa. Maksimalkan apa yang ada. ^___^




Bedug tanda berbuka dibunyikan, pertama kami menikmati takjil yang telah disediakan. Es cendol dan segelas teh manis hangat. Kemudian tanpa ragu kami langsung menyantap apa yang ada di hadapan. Memang rasanya sesuai dengan harganya. Sangat jempolan! Benar-benar sangat bersyukur mencoba merasakan makanan di Urban Kitchen ini.  Alhamdulillah.

Setelah makan selesai dan Es Campur serta Sop Buah kami hanya bersisa es saja, diadakan kuis yang berhadiah voucher makan di Urban Kitchen sebesar @Rp 100.000 untuk lima orang. Wah lumayan banget nih. Gw mau ikutan, tapi pertanyaan yang ditanyakan cukup sulit. Sampai akhirnya pertanyaan ke-empat.

"Siapa yang sudah memfollow akun twitter @detikfood? Ayo maju dan tunjukkan kepada saya."

Wah mendengar ini, langsung gw maju. Buka aplikasi twitter for Android, dan alhamdulillah gw barusan me-retweet tweet dari @detikfood. Jadi ga perlu nyari lagi. Sehingga voucher sukses jadi milik gw. *tertawa licik*





Setelah bagi-bagi voucher, peserta mendapatkan goodie bag dari detikfood. Gw udah hapal isinya, celemek dan buku resep. Setelah itu lanjut foto bareng dan kami pulang. Tentu setelah mengembalikan kartu abu-abu yang tadi diberikan kepada kami.



Perjalanan pulang, waktu menunjukkan pukul 19.00. Gw dan Darul diskusi dan memutuskan untuk shalat di Bandung karena khawatir kehabisan bus menuju Cileunyi. Mengingat perjalanan dari daerah Sudirman hingga Lebak Bulus yang cukup memakan waktu.

Sampai di terminal bus Lebak Bulus, alhamdulillah masih ada bus TERAKHIR menuju Garut yang melalui Cileunyi. Mungkin lu pada heran, kenapa gw naik bus yang ke arah Cileunyi bukan langsung ke Bandung. Oke, ini karena mengingat isi dompet kami yang amat sangat pas-pasan. Kalo naik bus yang langsung ke Bandung minimal kami harus membayar Rp 35.000 (non-AC) sementara kalo ke Cileunyi kami hanya membayar Rp 26.000 (bus AC). Jadi jelaskan alasan kami?

Di dalam bus, ga ada yang perlu gw ceritain. Karena gw tidur. jadi gw SKIP.

Pukul 00.13, sampailah kami di gerbang tol Cileunyi. Dari panasnya hawa Jakarta, kami langsung dipaksa tahan terhadap menusuknya dingin daerah Cileunyi. Langsung kami mencari angkot menuju Cicaheum dan dilanjut hingga kembali ke sekretariat Karisma ITB. Alhamdulillah angkotnya ngebut hehe.

Sesampai di Salman pada pukul 01.00 lewat, kami istirahat sejenak dan dilanjut dengan shalat 18 rakaat. Bukan karena gw dan Darul ikut aliran sesat, tapi ini total dari 3 rakaat Maghrib, 4 rakaat Isya, 8 rakaat Qiyamullail, plus 3 rakaat witir. Setelahnya, gw mempersiapkan materi untuk sanlat di SMA 18. Dan merenungi betapa luar biasanya perjalanan kali ini (sampai gw tulis di blog).

Inti dan kesimpulannya, dengan bekal awal 20ribuan gw pergi-pulang antara Bandung-Jakarta-Bandung dalam kurun waktu sekitar 13 jam. Ditambah mendapatkan voucher senilai Rp 100.000 plus makan gratis senilai Rp 82.500. Hikmahnya, skenario Allah itu kadang di luar logika tapi yakinlah itu nyata dan baik untuk kita hambanya.

Terserah, gw mau dibilang optimis, tekad kuat, atau nekat. Anda yang memilih, Anda yang menentukan.

-Sekian




Sekre Karisma ITB menjelang sahur, 16 Agustus 2011
Muhammad Ridho Fazri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar