Bismillah Ar Rahman Ar Rahim ..
Esok hari sumpah pemuda. Ingatkah anda isinya? Kalau boleh jujur saya juga tidak terlalu ingat persis isinya seperti apa sehingga saya haru bertanya kepada mbah “Google” untuk mencari tahu isi sumpah pemuda secara lengkapnya sesuai yang telah dideklarasikan oleh para pendahulu kita pada tanggal 28 Oktober 1928.
PERTAMA. KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH-DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA.
KEDOEA. KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA.
KETIGA. KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATUAN, BAHASA INDONESIA.
Luar biasa ya isinya. Lantas apakah pemuda kini sudah merepresentasikan apa yang disumpahkan oleh para pendahulunya? Atau malah tak tahu menahu, acuh tak acuh karena merasa bukan kita yang mengucap sumpah? Mungkin kita terlupa bahwa momen ini menjadi salah satu momen titik balik kebangkitan pemuda Indonesia. Mungkin kita terlupa bahwa sumpah ini menjadi penguat rasa persatuan kita. Mungkin kita terlupa bahwa isi sumpah ini baik adanya.
Pemuda kini seakan lebih mementingkan ‘suku’nya seolah terlupa bahwa tiap-tiap suku telah bersatu. Pemuda kini lebih bangga berbicara dengan bahasa penjajahnya dahulu, entah Inggris, Prancis, Spanyol, Jepang, atau Belanda. Pemuda kini tak peduli dengan budayanya sendiri dan baru ‘ribut’ ketika budaya itu direbut. Pemuda kini hanya asyik berdebat tanpa aksi yang tepat dan cepat. Pemuda kini melupakan sejarahnya sendiri dan bahkan umumnya pelajaran sejarah itu paling dibenci. Dan bahkan setahu saya pemudi yang menjadi Puteri Indonesia kini pun tidak lancar berbahasa Indonesia. Sungguh memprihatinkan ya?
Sahabat ingatlah segala tentang pemuda. Satu kata beribu makna. Satu pribadi berjuta arti. Satu raga penghimpun jiwa. Ingatlah segala kejayaan bangsa, negara, dan ummat ini lahir melalui tangan pemuda. Kala kita merindukan negeri ini kembali pada jayanya, merindukan ummat ini kembali pada jayanya, merindukan pemimpin seperti khulafaur rasyidin adanya, lantas coba lihat diri kita sudahkah kita menjadi pemuda seperti sahabat dahulu kala? Seperti para tabi’in yang mulia? Seperti salafus shalih yang terbina?
Teringat dengan kata-kata seorang Hasan Al Banna bahwa seluruh aset ummat ini untuk bangkit telah habis, kecuali satu. Pemuda. Ya pemuda! Mengapa pemuda? Apakah anda termasuk sebagai pemuda? Jika ya, maka beruntunglah anda bahwa anda memiliki peran strategis untuk membentuk bangsa, dunia, dan alam ini. Baik buruknya bangsa, dunia, dan alam ini di tangan anda! Maka yakinkan diri, kembangkan potensi, dan pahatkan dalam hati, “Aku pemuda, maka kan aku ubah dunia”.
Esok hari sumpah pemuda. Ingatkah anda isinya? Kalau boleh jujur saya juga tidak terlalu ingat persis isinya seperti apa sehingga saya haru bertanya kepada mbah “Google” untuk mencari tahu isi sumpah pemuda secara lengkapnya sesuai yang telah dideklarasikan oleh para pendahulu kita pada tanggal 28 Oktober 1928.
PERTAMA. KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH-DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA.
KEDOEA. KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA.
KETIGA. KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATUAN, BAHASA INDONESIA.
Luar biasa ya isinya. Lantas apakah pemuda kini sudah merepresentasikan apa yang disumpahkan oleh para pendahulunya? Atau malah tak tahu menahu, acuh tak acuh karena merasa bukan kita yang mengucap sumpah? Mungkin kita terlupa bahwa momen ini menjadi salah satu momen titik balik kebangkitan pemuda Indonesia. Mungkin kita terlupa bahwa sumpah ini menjadi penguat rasa persatuan kita. Mungkin kita terlupa bahwa isi sumpah ini baik adanya.
Pemuda kini seakan lebih mementingkan ‘suku’nya seolah terlupa bahwa tiap-tiap suku telah bersatu. Pemuda kini lebih bangga berbicara dengan bahasa penjajahnya dahulu, entah Inggris, Prancis, Spanyol, Jepang, atau Belanda. Pemuda kini tak peduli dengan budayanya sendiri dan baru ‘ribut’ ketika budaya itu direbut. Pemuda kini hanya asyik berdebat tanpa aksi yang tepat dan cepat. Pemuda kini melupakan sejarahnya sendiri dan bahkan umumnya pelajaran sejarah itu paling dibenci. Dan bahkan setahu saya pemudi yang menjadi Puteri Indonesia kini pun tidak lancar berbahasa Indonesia. Sungguh memprihatinkan ya?
Sahabat ingatlah segala tentang pemuda. Satu kata beribu makna. Satu pribadi berjuta arti. Satu raga penghimpun jiwa. Ingatlah segala kejayaan bangsa, negara, dan ummat ini lahir melalui tangan pemuda. Kala kita merindukan negeri ini kembali pada jayanya, merindukan ummat ini kembali pada jayanya, merindukan pemimpin seperti khulafaur rasyidin adanya, lantas coba lihat diri kita sudahkah kita menjadi pemuda seperti sahabat dahulu kala? Seperti para tabi’in yang mulia? Seperti salafus shalih yang terbina?
Teringat dengan kata-kata seorang Hasan Al Banna bahwa seluruh aset ummat ini untuk bangkit telah habis, kecuali satu. Pemuda. Ya pemuda! Mengapa pemuda? Apakah anda termasuk sebagai pemuda? Jika ya, maka beruntunglah anda bahwa anda memiliki peran strategis untuk membentuk bangsa, dunia, dan alam ini. Baik buruknya bangsa, dunia, dan alam ini di tangan anda! Maka yakinkan diri, kembangkan potensi, dan pahatkan dalam hati, “Aku pemuda, maka kan aku ubah dunia”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar