Selasa, 29 September 2015

Belajar Kembali Menjadi Makhluk Sosial, Bukan Sekadar Makhluk (Media) Sosial.

Tidak terasa sudah satu pekan menjalani hidup tanpa yang namanya telepon pintar, gadget, atau sejenisnya. Mungkin bagi yang pernah kenal saya, akan merasa takjub ternyata Ridho masih bisa hidup tanpa gadget!

Sebuah hal yang harus saya alami karena keteledoran saya sendiri, ya untuk kesekian kalinya kehilangan dambaan hati eh kehilangan gadget. Kali ini edisi spesial, karena ada beberapa hal lain yang turut mendampingi sang gadget tersebut. 

Hari pertama, tentu bagai hari pertama tanpa gebetan (haish), sepi dan perasaan gak karuan. Tentu dikarenakan biasanya ada yang menemani, kini harus menjalani dalam sepi. Biasa hampir selalu menunduk, kini pandangan menjelajah kemana-mana. Biasa yang dicari saat bangun tidur adalah gadget, kini sudah mencari yang lain. Bukan istri tentu, karena saya masih belum beristri. 

Lama kelamaan, saya merasa seperti seutuhnya manusia normal. Pandangan tidak terpaku pada satu hal saja. Kembali membawa dan menenteng buku sebagai teman beperjalanan, sebuah hal yang beberapa waktu terakhir hampir hilang dari kebiasaan. Fokus dan memperhatikan lawan bicara bila sedang ada pembicaraan. Meski memang, masih terpikirkan beberapa hal seperti data dan lain sebagainya yang hilang bersama sang gadget. Namun, boleh dikatakan saya cukup menikmati sepekan ini.

Sebenarnya tidak berpaku dengan gadget kadang saya lakukan bila sedang beperjalanan keluar negeri. Malu rasanya bila senantiasa fokus dengan gadget sementara kawan perjalanan atau kenalan, yang bule-bule itu, di sana malah menikmati perjalanannya. Atau asyik membaca buku yang senantiasa ditentengnya. Alasan lain ya karena mahalnya biaya roaming, dan penghematan dari pengeluaran yang bisa ditekan seperti membeli pulsa dan kartu perdana di negara lain sana.

Lalu setelah ini, apakah selanjutnya akan tetap tanpa gadget? Tentu tidak. Bagaimana pun, komunikasi merupakan salah satu kebutuhan pokok kita selaku makhluk sosial. Hanya saja, ketiadaan gadget sepekan ini membuat saya kembali belajar menjadi makhluk sosial seutuhnya, bukan sekadar makhluk sosial (media). Semoga sih saat sudah ada gadget nanti, kebiasaan-kebiasaan manusia normal bisa kembali saya jalani.

Sebagaimana yang kita pahami, senantiasa ada hikmah dalam peristiwa yang kita alami. Bahkan di peristiwa yang menurut kita buruk atau apes sekalipun. Tinggal bagaimana kita mencari, memaknai, serta menggali hikmah dan maksud baikNya yang seringkali tersembunyi. Ah mungkin bukan tersembunyi, hanya saja sering hati dan mata kita buta oleh keegoisan diri sehingga tidak bisa melihat hikmah dan maksud baik yang jelas nampak.

“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar