Jumat, 05 Agustus 2011

Masih Muda Bukan Berarti Berleha-Leha (Muhasabah Series)

"Masih 20 tahun, masih muda ya, masih panjang...?. Masih banyak yang harus dikejar”.

Tiba-tiba pikiranku melayang entah kemana. Merenungi usiaku saat ini. Apa beruntungnya usia mudaku saat ini? Masih panjangkah jatah hidup yang diberikan Allah padaku? Andai jatah hidupku di dunia ini 63 tahun, seperti jatah usia Rasulullah, dengan usiaku saat ini 20 tahun, berarti usia hidupku tinggal 43 tahun lagi.

Andai jatah hidupku di dunia ini 53 tahun, dengan usiaku saat ini 20 tahun, berarti usia hidupku tinggal 33 tahun lagi. Andai jatah hidupku di dunia ini 43 tahun, dengan usiaku saat ini 20 tahun, berarti usia hidupku tinggal 23 tahun lagi. Andai jatah hidupku di dunia ini 33 tahun, dengan usiaku saat ini 20 tahun, berarti usia hidupku tinggal 13 tahun lagi.

Andai jatah hidupku di dunia ini 21 tahun, dengan usiaku saat ini 20 tahun, berarti usia hidupku tinggal 1 tahun lagi. Bagaimana jika jatah umurku sudah habis dan besok atau lusa Malaikat Izrail mencabut nyawaku? Duh! Adakah aku masih bisa tenang dengan usia 20 tahun? Atau aku masih bisa santai dan berleha-leha?

Sedangkan Malaikat Izrail selalu mengintaiku. Jika demikian, betapa tidak akan terasa menjalani sisa hidup yang lebih pendek lagi; 43 tahun, 33 tahun, 23 tahun, 13 tahun, 1 tahun atau malah cuma dua hari lagi. Andai selama 20 tahun itu aku tidur selama delapan jam perhari, berarti sepertiga hidupku hanya dipakai untuk tidur, yakni sekitar 6-7 tahun.

Andai sisa waktuku perhari yang tinggal 16 jam itu kupakai 6 jam untuk bermain-main dengan teman, ngobrol ngalur ngidul, santai, dan melakukan hal-hal yang tak berguna. Berarti total waktu bermain slama 20 tahun adalah 5 tahun.
 
Lalu aku bandingkan dengan aktivitas ibadahku. Andai shalatku yang lima waktu, ditambah shalat-shalat sunnah, memakan waktu total hanya 1,5 jam perhari, berarti aku hanya menghabiskan 547 jam pertahun untuk shalat. Itu berarti hanya 23 hari pertahun. Andai aku benar-benar menunaikan shalat umur 14 tahun (saat tiba baligh), berarti aku baru menghabiskan sekitar 138 hari (= 23x(20-14)) untuk shalat. Bayangkan, gak ada SETENGAH TAHUN.

Aku teringat dengan firman Allah (yang artinya) :“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”(QS adz-Dzariyat : 56)

Saat merenungi kembali ayat itu, hatiku menangis. Betapa tidak. Allah menciptakan hidupku dan memberiku usia 20 tahun sesungguhnya agar aku gunakan untuk beribadah kepada-Nya. Namun kenyataannya, hidupku dan masa mudaku habis untuk tidur dan bekerja mencari dunia, juga melakukan hal yang sia-sia.

Sebaliknya, hanya sebagian kecil usiaku aku habiskan untuk ibadah dan dakwah. Bekerja dan belajar juga kan termasuk ibadah Dho? Baik. Sekarang bagaimana jika semua itu ternyata tidak bernilai di sisi Allah? Bagaimana jika amal-amal ku ternyata tidak diterima oleh Allah? Bagaimana jika shalatku yang jarang sekali khusyu itu ditolak oleh Allah?

Bagaimana pula jika dakwah ku pun –yang mungkin kadang bercampur dengan riya dan tak jarang minimalis- tak dipandang oleh Allah? Betul. Aku tidak boleh pesimis. Aku harus penuh harap kepada Allah, semoga semua amal-amal ku Dia terima. Namun, aku pun sepantasnya khawatir jika semua amal yang selama ini aku anggap amal shalih dan bernilai pahala, ternyata sebagian besarnya tak bernilai apa-apa di sisi Allah. Na’udzu billah.

Aku memang tidak berharap seperti itu. Di sisi lain, setiap hari, puluhan kali aku bermaksiat. Ya Allah, setiap detik karunia dan nikmat-Mu turun kepadaku. Namun setiap detik pula dosa dan kesalahanku naik kepada-Mu.

Ya Allah, Tuhan kami. Selama ini kami hanya menzalimi dan menganiaya diri kami sendiri. Jika saja Engkau tidak mengampuni dosa-dosa kami, tentu kami termasuk orang-orang yang merugi (Do’a Nabi Adam as)

Tuhanku, tidaklah pantas aku menjadi penghuni Firdaus-Mu. Namun, tak mungkin pula aku kuat menahan panasnya Neraka-Mu. Karena itu, terimalah tobatku dan ampunilah dosa-dosaku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dosa dan Engkau Mahabesar. Amin. (Do’a Imam al-Ghazali)

Mari kita manfaatkan waktu yang ada, utamanya Ramadhan yang tersisa. Semoga di dalam takdir kita terdapat saat kita bercengkrama kembali, bukan di dunia ini tetapi di dalam jannah FirdausNya yang abadi.

Sekre KARISMA Salman ITB
Menjelang sahur 5 Ramadhan 1432 H

2 komentar:

  1. Ate 'failed' kalo soal matematika. Tolong hitungkan menurut perkiraan usia Tante, Dho :D. N3 nya serious tante kok bercanda..

    Kamu anak muda, Alhamdulillah bersama semangat dan tubuh badan yang masih kuat, manfaatkan lah sebaiknya bulan Ramadhan ini. Bagi kami para 'syuyukh' hanya mengharapkan Allah memberi kami kesehatan yang baik dan kekuatan.

    BalasHapus
  2. Hehe Ridho pun kerap error kalau masalah hitung menghitung. Makanya tadi langsung pake kalkulator :D

    Amiin, para 'syuyukh' pun insya Allah masih berjiwa dan bergelora layaknya pemuda. Dan semoga para pemuda mampu lebih bijaksana layaknya para 'syuyukh' :)

    BalasHapus