Senin, 22 Oktober 2012

Mari Kita Bangga Ber-Indonesia (sebuah catatan kecil)

BismiLlah ar Rahman ar Rahim.

Setiap kali sedang melakukan perjalanan, di kiri-kanan banyak terdapat kain berwarna-warni. Ada yang kuning, hijau, ungu, biru tua, merah, biru muda, putih dan lain sebagainya. Tak jarang pula tokoh-tokoh dari golongan tertentu tersenyum lebar seolah pamer wajah ramah pada rakyat jalanan. Namun di antara semua tadi sulit kita temukan bendera Merah-Putih gagah berkibar.

Ah iya, ada beberapa waktu di mana wajah jalanan kita didominasi 'Merah-Putih', seperti saat perayaan kemerdekaan negeri ini misalnya. Tapi selepas itu, segala pernak-pernik 'Merah-Putih' lenyap tanpa sisa. Kembali dipenuhi bendera warna-warni dan gambar tokoh mengobral janji.

Saya bertanya, "Apakah bendera negeri ini sudah berganti? Dari gagahnya Merah-Putih menjadi bendera warna-warni tak serasi?"

Yah nasionalisme apa kini yang tersisa? Budaya bangsa banyak pemuda tak merasa bangga. Bahasa Indonesia pun dicampur-campur dengan bahasa serta aksen tak jelas adanya. Pakaian dan produk impor memenuhi rumah kita. Bahkan gaya acara pertelevisian pun banyak diwarnai budaya yang bukan dari negeri kita.

Sering kita lihat penyanyi atau artis dari luar negeri, yang disambut dengan gegap gempita serta tiket yang habis dalam sekejap mata. Atau para atlet dan legenda yang juga bikin desak-desakan dalam menyambutnya. Atau film-film yang memancing antrean serta keramaian di studio-studio setiap harinya. Atau juga produk-produk yang tiap peluncurannya selalu diburu oleh bangsa kita.

Saya yakin beberapa dari kita berpikir, bisakah kita meniru mereka? Mengapa tak kita orbitkan artis/aktor paling bertalenta di negeri ini agar bisa dikenal penjuru dunia? Mengapa tak kita fokus pada pembinaan serta pembenahan di bidang olahraga agar para atlet kita pun harumkan nama bangsa? Mengapa tak berinvestasi lebih tuk membuat sebuah produk atau film yang memang jelas-jelas berkualitas dan laku tuk dijual tak hanya di negeri ini tapi juga seluruh belahan bumi?

Mungkin sudah ada yang merintis. Ada beberapa aktor/artis kita yang mulai go international meski tetap tak seheboh PSY dengan Gangnam Style-nya. Ada beberapa pesepakbola yang sudah dilirik Eropa meski tak seperti Jepang yang pemainnya sudah menyebar di klub top dunia. Ada juga produk atau film berkualitas hasil karya anak bangsa meski gemanya tentu tak bisa goyangkan negeri Holywood sana.

Saya bukan pesimis, inginnya optimis. Namun melihat realita, ketika media-media sudah menjajakan pada kita gaya yang sedang ngetrend dan diikuti oleh anak-anak muda dari pelbagai desa dan kota, hampir saya jadi pesimis.

Beruntung kita tidak tangan kosong, media-media bahkan pemerintah sekalipun kini bisa digoyang dengan kekuatan rakyat biasa yang terjalin rapi oleh media sosial. Beberapa event yang turut melambungkan brand lokal pun mulai ramai bermunculan. Festival-festival film indie juga mulai bertebaran dan menarik minat anak-anak muda. Kejuaraan olahraga pun sudah ada yang harumkan nama bangsa di kancah dunia.

Akan tetapi ini belum selesai sobat, masih panjang tuk mengejar ketertinggalan kita. Tanggung jawab akan masa depan negeri ini utamanya berada dipundak kita para pemuda. Mari kita lebih cintai negeri ini, karena dengan cintalah maka kita kan bisa rela mengtorbankan segala yang terbaik demi kemajuan yang kita cintai. Mari mulai dari apa yang kita bisa, sumbangkan kontribusi nyata kita tuk setidaknya lingkungan kita. Selalu tak ada kata terlambat tuk mengejar, selama optimisme, usaha juga doa terus kita upayakan dan sinergikan dengan baik.

Harapan itu selalu ada, karena Indonesia pasti BISA!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar